Sahabat. Kata indah yang mudah diucapkan tetapi sulit didefinisikan secara pasti. Apakah ia yang secara fisik kerap berada di dekat kita? Ataukah ia yang selalu menjadi tempat kita berbagi cerita? Bagi saya, sahabat adalah teman yang saat ketidakhadirannya menimbulkan kerinduan, baik secara fisik atau psikologis.Saya termasuk manusia yang introvert. Namun, karena kasih-Nya, meskipun terkesan mustahil saya sempat merasakan nikmatnya persahabatan. Hanya segelintir jumlahnya. Sebagian besar di antaranya bahkan hanya sesaat kebersamaannya, seperti sahabat yang saya bicarakan ini. Sahabat yang dengan mengenalnya akhirnya saya bisa merasakan betapa indahnya jalinan persahabatan.
Sahabat saya ini termasuk orang yang gigih dalam mendekati saya. Padahal, selama ini banyak orang yang ‘mengundurkan diri’ karena sikap saya yang tertutup dan terkesan kurang ramah. Sesungguhnya dari upayanya ini terlihat kualitasnya yang berbeda dari teman-teman kebanyakan. Betapa ia mengetahui bahwa celah-celah di hati saya perlu diisi kehangatan jiwa lain di balik dingin dan bekunya perilaku saya. Termasuk kebesaran hatinya untuk menjaga aib saya.Kebersamaan kami tidak begitu lama. Ia harus berpindah ladang kerja. Barangkali saat itu saya adalah orang yang paling kehilangan di antara teman-teman lain yang juga mengakui kebaikannya. Ia selama ini orang yang paling supel dan membaur. Teman nonmuslim pun merasakan, meskipun sahabat ini sangat Islami tetapi ia merasa sangat dekat. Saya sendiri tidak pernah melihatnya marah. Padahal ia seorang laki-laki dengan usia masih cukup muda.
Kini komunikasi kami tidak lagi rutin. Namun, apa yang ia sampaikan tetap saya kenang. Salah satunya adalah SMS-nya di hari lebaran kemarin;“Ketika diri ini disanjung dan dikagumi banyak orang, maka sungguh Allah Mahatahu siapa diri ini. Ketika diri ini berbuat dosa dan aib, Allah begitu halus menutupinya. Bukan karena kita pantas ditutup-tutupi tetapi karena Allah begitu bermurah memberi kita kesempatan untuk memperbaiki semuanya; segala yang salah, segala yang khilaf, segala yang rusak…”
Duhai Sahabat, sesungguhnya diri ini benar-benar berada di dalam kerinduan!
Jakarta, 15 Mei 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar