Seonggok perapian usang
terkapar beku tak tersentuh
Jelaganya yang memburam
mengetuk kalbu ‘tuk membasuh
Bukan dengan air mata
karena beningnya ‘kan ternoda
Bukan dengan tapak terbuka
karena lembutnya ‘kan tertiada
Ambillah bara di dada
percikkan dia di sana
tunggulah letup-letupnya
nantikan pijar-pijarnya
hingga tercipta di sekitarnya
beribu kehangatan dan berjuta cahaya
menelusup menelisik jiwa
menebar memancar raga
sampai pijar yang ada
berubah menjadi bara
mengerang dan mengarang
terkapar beku tak tersentuh
Jelaganya yang memburam
mengetuk kalbu ‘tuk membasuh
Bukan dengan air mata
karena beningnya ‘kan ternoda
Bukan dengan tapak terbuka
karena lembutnya ‘kan tertiada
Ambillah bara di dada
percikkan dia di sana
tunggulah letup-letupnya
nantikan pijar-pijarnya
hingga tercipta di sekitarnya
beribu kehangatan dan berjuta cahaya
menelusup menelisik jiwa
menebar memancar raga
sampai pijar yang ada
berubah menjadi bara
mengerang dan mengarang
Jakarta, 22 Februari 2004-2023