Balada di Ibukota

Malam kemarin mendapat telepon dari seorang kenalan yang berprofesi sebagai pedagang keliling gambar/lukisan tiga dimensi. Ia saat itu sudah beberapa hari berada di Cipayung, terkena razia satpol pp. Intinya, dia meminta bantuan supaya bisa dipulangkan. Sang istri sudah mengusahakannya melalui pembuatan surat-surat pengantar dan keterangan dari RT, RW, dan kelurahan. Namun, dia mengalami hambatan di instansi yang terakhir. Suaminya tidak mempunyai KTP. Kalau mau dibuatkan gratis tentunya si empunya nama harus ada. Akhirnya ada 'tawaran' dari pihak tertentu untuk memudahkan (Saya kurang begitu jelas, apakah untuk membuat KTP tembak atau untuk surat keterangan domisili/warga). Syaratnya, ada uang Rp. 150.000.

Sepintas uang dengan nominal seperti itu tidaklah seberapa. Namun, bagaimana dengan sepasang suami istri tersebut? Sang suami hanya seorang pedagang keliling, sedangkan sang istri hanya seorang penyapu jalan. Uang di tangan yang tak seberapa sudah habis untuk transportasi dan tetek bengek saat mengurus surat-surat. Sunguh terharu mendengarkan penuturan sang istri yang begitu gigih mengusahakan kepulangan suaminya tetapi tetap menjalankan kewajibannya sebagai penyapu jalan di dekat Rumah Sakit Persahabatan. Termasuk di pagi hari tadi saat saya menemuinya.

Di sore harinya sang suami sudah menelepon. Ia mengucapkan terima kasih. Ia sudah bisa pulang. Alhamdulillah...

Jakarta, 19 Februari 2011

Tidak ada komentar: